Menurut studi yang dilakukan oleh  Sejarawan Alan Gardiner, setelah kematian Thutmose I dan masa  persinggahannya selama 40 tahun di Madyan / Midian, Musa memutuskan  untuk kembali ke tanah Mesir tempat beliau dibesarkan. Allah menugaskan  Musa untuk menyampaikan ajaran agama yang hakiki kepada Fir'aun. Pada  saat itu, Mesir dipimpin oleh Raja Thutmose II yang memperistri Ratu Hatshepsut. 
Thutmose  II, menurut sejarah bukanlah sosok Fir'aun yang hebat, sebaliknya  istrinya Hatshepsut yang banyak berperan penting bagi kemajuan kerajaan.  Walaupun bukan merupakan sosok pemimpin yang dikatakan berpengaruh,  Gardiner tetap meyakini Thutmose II merupakan kandidat terkuat fir'aun  yang melakukan pengejaran terhadap Musa beserta kaum Bani Israel. Hal  itu dikarenakan banyaknya kecocokan dengan studi sejarah yang ia  lakukan. 
Penelitian  terhadap Mummi Thutmose II yang ditemukan di situs Deir el-Bahri pada  tahun 1881 mengungkapkan bahwa terdapat banyak bekas cidera di tubuhnya,  dan Mummi-nya ditemukan tidak dalam kondisi yang bagus. Hal ini mungkin  menandakan Thutmose II mati secara tidak wajar. Apakah cidera di  tubuhnya itu akibat hempasan kekuatan gelombang Laut Merah yang secara  tiba-tiba tertutup kembali? Wallahu 'alam Bishawab (Hanya Allah Yang  Maha Tahu: red)
Al-Quran sendiri mengisahkan detik-detik terakhir kehidupan Sang Fir'aun : 
Dan  Kami memungkinkan Bani Israel melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh  Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas  (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah ia  ;" Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai  oleh Bani Israel, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri  (kepada Allah)". ( QS Yunus 90).
Dari  ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa Fir'aun mencoba memohon kepada  Allah agar ia diselamatkan ketika air mengenggelamkan raganya. Namun  sangatlah jelas bahwasannya tindakan Fir'aun hanyalah suatu kebohongan  semata sebagai alasan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari maut. 
Setelah  sang Fir'aun tewas pada periode pemerintahannya yang tergolong singkat,  besar kemungkinan jalannya roda pemerintahan diambil alih sementara  oleh sang Ratu yang tak lain ialah Hatshepsut sebelum akhirnya Thutmose  III naik tahta. 
Jika benar Thutmose II merupakan Fir'aun yang dimaksud, ada suatu kemungkinan kronologi sejarahnya menjadi demikian : 
Pertama,  Musa dibesarkan dilingkungan kerajaan Mesir saat Thutmose I berkuasa,  dan istri Thutmose I yang menemukan bayi Musa saat hanyut di Sungai Nil.  
Kedua,  selang puluhan tahun setelah Musa melarikan diri dari tanah Mesir  karena ancaman hukuman mati akibat peristiwa terbunuhnya seorang  prajurit kerajaan olehnya, ia kembali untuk menyampaikan ajaran Allah  kepada Fir'aun. Namun pada saat itu mungkin Thutmose I telah meninggal  dan digantikan putranya Thutmose II. 
Mummi Thutmose II 
Mengapa Thutmose II Diyakini Sebagai Firaun Yang Tenggelam di Laut Merah Sedangkan Mummi-nya Sendiri Berhasil Ditemukan?
Pertanyaan  diatas memang kerap ditanyakan. Mereka yang bertanya kebanyakan  beranggapan bahwa Jasad Fir'aun tidak mungkin berhasil ditemukan apalagi  dalam bentuk Mummi, sebab telah tenggelam di Laut Merah bersama bala  tentaranya. 
Maha Besar Allah yang telah DENGAN SENGAJA menyelamatkan jasad sang Fir'aun. perhatikan firman Allah berikut:
Apakah  sekarang (kamu baru percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka  sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka  pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi  pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya  kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan Kami. ( QS Yunus 91-92).
 
 
 




 
 »
                    » 
