Petamburan Untuk kesekian kalinya, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Muhammad Rizieq Syihab mendesak Presiden SBY untuk mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) bubarkan Ahmadiyah, bukan bubarkan ormas Islam. Jika SBY menolak untuk membubarkan Ahmadiyah, umat Islam menyatakan siap revolusi.
Boleh jadi Presiden SBY merasa digertak, ketika melihat sebuah spanduk berukuran besar bertuliskan “Bubarkan Ahmadiyah atau Revolusi”. Juga boleh jadi, SBY merasa tertekan ketika mendengar 10 Seruan Umat Islam: Tetapkan Syariat Islam, Bubarkan Ahmadiyah, Perangi Liberal, Ganyang Neo PKI, Stop Pemurtadan, Tolak Gereja Liar, Hukum Mati Koruptor, Tuntaskan Kasus Century, Tolak Terorisasi Umat Islam, Bebaskan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.”
Bentangan spanduk inilah yang terpampang di atas panggung Peringatan Maulid Akbar Nabi Muhammad saw yang ke-1484 (sejak tahun Gajah pertama -1432 Hijriyah) di Jalan Petamburan Raya, dekat markaz FPI, Senin (14/2/2011) malam. Maulid Nabi Saw yang digelar DPP FPI ini dihadiri oleh sejumlah ulama, aktivis, anggota DPD, walikota Jakarta Pusat (diwakili) dan habaib se-Jabodetabek.
Tamu yang hadir antara lain: KH. Cholil Ridwan (Ketua MUI), Ahmad Hanif (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah), Muhammad Al Khaththath (Sekjen FUI), Djan Faridz (anggota DPD DKI Jakarta), H. Lulung (DPD) dan Alfian Tanjung . Termasuk ulama dari luar negeri, yakni Prof. Umar Al Syatiri (Malaysia), dan Habib Salim al Sadri dari Hadramaut, Yaman.
Habib Rizieq dalam orasinya menegaskan, Islam sangat menghargai kebebasan beragama, tapi Islam tidak pernah mentolerir penodaan agama. Islam mengharamkan pemaksaan umat agama lain untuk masuk ke dalam agama Islam, bahkan mengharamkan segala bentuk penghinaan dan gangguan terhadap umat agama lain.
Dalam pandangan Islam, agama lain seperti Kristen, Budha, dan Hindu, memiliki konsep ajaran sendiri, sehingga mereka mesti dihargai dan dihormati, serta tidak boleh diganggu selama mereka tidak mengganggu Islam. Inilah kebebasan beragama. Sedangkan Ahmadiyah telah mengatasnamakan Islam, sehingga mereka sudah menyerang, mengganggu, dan merusak Islam. Itulah penodaan agama. Karenanya, mereka mesti dilawan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Ahmadiyah Antek Kolonialisme
Sang nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dalam kitab Ruhani Khazain menyatakan kesediaan berkorban nyawa dan darah bagi Inggris yang saat itu menjajah India. Bahkan MGA mewajibkan berterima kasih kepada Inggris yang diakui sebagai pemerintah yang diberkahi. MGA lagi-lagi mengaku sebagai pelayan setia Inggris yang ingin menghapuskan jihad.
Perlu dicatat, di tahun 1857, tatkala terjadi pemberontakan besar yang dilakukan kaum Muslimin India terhadap penjajah Inggris, ayah MGA yang bernama Ghulam Murtadha ikut dalam pasukan Inggris untuk membantai kaum muslimin. Itulah sebabnya, Ahmadiyah dibeckingi oleh Inggris hingga hari ini. Dan itu pula yang menjadi sebab Belanda tertarik untuk menghadirkan Ahmadiyah di Indonesia pada tahun 1925.
Para pelajar Jawa-Sumatera di India yang disebut-sebut sebagai pembawa Ahmadiyah ke Indonesia hanya kamuflase. Intinya mereka adalah antek Belanda. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, Inggris, Portugis, dan Jepang di Tanag Air, tidak ada seorang Ahmadiyah pun yang terlibat.
Habib Rizieq mendukung penuh Menteri Agama Suryadarma Ali yang akan memberi rekomendasi kepada Presiden SBY untuk membubarkan Ahmadiyah. Atau Ahmadiyah menjadi agama tersendiri (non-Muslim) seperti yang diberlakukan oleh Pemerintah Pakistan.
Dalam peringatan Maulid Nabi saw, Habib mengingatkan Presiden SBY agar bersikap tegas untuk menyelesaikan persoalan Ahmadiyah. Kasus Cikeusik, Cisalada, Ciketing, Temenggung tidak akan terjadi, jika SKB Tiga Menteri sungguh-sungguh dijalankan. “SBY harus bubarkan Ahmadiyah, bukan bubarkan ormas Islam. Umat Islam menawarkan opsi untuk SBY: Bubarkan Ahmadiyah atau Revolusi!” tandas Habib Rizieq seraya mengumandangkan takbir. Allohu Akbar. (Desastian)