Pejabat Kamar Dagang dan Industri di Arab Saudi menyalahkan gencarnya pemberintaan negatif dari media massa di Indonesia atas kondisi para pekerja di kerajaan itu. Faktor pemberitaan itu, katanya, membuat minat bekerja di Saudi jadi berkurang sehingga lebih baik perekrutan pembantu rumah tangga dari Indonesia untuk sementara dibekukan.
Menurut ketua Kamar Dagang dan Industri Jeddah (JCCI), Yahya Maqbool, seperti dilansir dari laman harian Arab News, Rabu 16 Februari 2011, pemberitaan yang mengupas habis kasus penyiksaan dan pelecehan terhadap pekerja Indonesia membuat para pekerja takut ke negara tersebut. Maka, JCCI menghimbau para agen perekrutan untuk menghentikan penerimaan tenaga kerja dari Indonesia.
“Saat ini tidak ada penghentian resmi terhadap pekerja yang masuk, namun kami menghimbau para agen perekrutan untuk tidak menerima pelamar dari Indonesia karena sedikitnya jumlah pelamar dari negara itu,” ujar Maqbool.
Dia mengatakan bahwa merekrut dan mengeluarkan visa bagi sedikit pelamar untuk bekerja di negaranya tidak menguntungkan Arab Saudi maupun Indonesia, sehingga lebih baik proses itu dihentikan sementara. Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur mengurus visa, diperbolehkan untuk bekerja di Arab Saudi.
“Kami tidak menerima lamaran baru, namun pekerja Indonesia yang telah melengkapi proses visa diperbolehkan bekerja di Arab Saudi,” ujar Maqbool.
Pemberitaan media yang negatif, menurut Maqbool, adalah bentuk propaganda untuk mencegah warga negara Indonesia bekerja di negaranya. Maqbool mengatakan bahwa Arab Saudi tidak seperti yang diberitakan. Warga Arab Saudi, ujarnya, sama seperti negara lainnya, ada yang baik dan jahat.
“Di Arab Saudi, tidak hanya ada berita penyiksaan namun juga kisah sukses para pekerja yang datang ke Kerajaan (Arab Saudi), menabung dan kembali ke tanah air membuka usaha, restoran, hotel dan usaha-usaha lainnya. Tidak adil jika media hanya melaporkan beberapa kasus negatif dan mengabaikan berita yang positif,” kata Maqbool.
Menurut ketua Kamar Dagang dan Industri Jeddah (JCCI), Yahya Maqbool, seperti dilansir dari laman harian Arab News, Rabu 16 Februari 2011, pemberitaan yang mengupas habis kasus penyiksaan dan pelecehan terhadap pekerja Indonesia membuat para pekerja takut ke negara tersebut. Maka, JCCI menghimbau para agen perekrutan untuk menghentikan penerimaan tenaga kerja dari Indonesia.
“Saat ini tidak ada penghentian resmi terhadap pekerja yang masuk, namun kami menghimbau para agen perekrutan untuk tidak menerima pelamar dari Indonesia karena sedikitnya jumlah pelamar dari negara itu,” ujar Maqbool.
Dia mengatakan bahwa merekrut dan mengeluarkan visa bagi sedikit pelamar untuk bekerja di negaranya tidak menguntungkan Arab Saudi maupun Indonesia, sehingga lebih baik proses itu dihentikan sementara. Namun, bagi mereka yang sudah terlanjur mengurus visa, diperbolehkan untuk bekerja di Arab Saudi.
“Kami tidak menerima lamaran baru, namun pekerja Indonesia yang telah melengkapi proses visa diperbolehkan bekerja di Arab Saudi,” ujar Maqbool.
Pemberitaan media yang negatif, menurut Maqbool, adalah bentuk propaganda untuk mencegah warga negara Indonesia bekerja di negaranya. Maqbool mengatakan bahwa Arab Saudi tidak seperti yang diberitakan. Warga Arab Saudi, ujarnya, sama seperti negara lainnya, ada yang baik dan jahat.
“Di Arab Saudi, tidak hanya ada berita penyiksaan namun juga kisah sukses para pekerja yang datang ke Kerajaan (Arab Saudi), menabung dan kembali ke tanah air membuka usaha, restoran, hotel dan usaha-usaha lainnya. Tidak adil jika media hanya melaporkan beberapa kasus negatif dan mengabaikan berita yang positif,” kata Maqbool.
Dia juga mengatakan bahwa pihak yang berwenang terhadap ketenagakerjaan di Indonesia tidak mematuhi kesepakatan yang telah dibuat oleh kedua negara.
“Kami ingin meneruskan mempertahankan hubungan kami dengan Indonesia, tapi pihak berwenang tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati,” ujar Maqbool tanpa merinci persyaratan yang dimaksud.
“Kami ingin meneruskan mempertahankan hubungan kami dengan Indonesia, tapi pihak berwenang tidak memenuhi persyaratan yang telah disepakati,” ujar Maqbool tanpa merinci persyaratan yang dimaksud.
Bulan lalu, media Saudi mengungkapkan bahwa negeri mereka mulai sulit mendapat pembantu baru dari Tanah Air. Menurut harian Saudi Gazette, Kedutaan Besar Saudi di Jakarta dulunya memproses izin (visa) kerja sebanyak hampir 2.000 orang per hari. Kini, jumlahnya menurun drastis hingga tidak sampai 200 orang per hari.(vivanews)