Axel dan Kyan Crossley-Coe merupakan bayi kembar identik yang lolos menghadapi sindroma langka saat masih di rahim. Hanya 5-10 persen anak kembar identik yang mengalaminya. Atau hanya menimpa satu dari 250 kelahiran bayi kembar identik.
Populer dengan sebutan 'transfusi antarsaudara kembar', satu anak biasaya tumbuh sempurna di dalam rahim, sehingga akan menjadi pendonor gizi dan darah bagi saudara kembarnya.
Sindroma ini memengaruhi cara kerja plasenta dalam mengalirkan darah dan nutrisi. "Pada penderita, darah akan mengalir lebih banyak ke salah satu janin, dan salah satunya akan kekurangan darah," dokter anak Rumah Sakit Middlemore Neonatal, Mike Meyer menambahkan.
Sang ibu yang masih remaja, Kayla Crossley-Coe, mengetahui kehamilannya bermasalah saat kandungan berusia 21 minggu. Dari hasil pindai USG, diketahui salah satu janin berkembang terlalu besar dan satunya sangat kecil. "Itu sesuatu yang menakutkan".
Ia pun telah diperingatkan mengenai risiko sindroma langka tersebut. Bahwa, ia berpotensi kehilangan salah satu atau kedua bayinya. Meski demikian, sang ibu muda mengambil keputusan mempertahankan mereka.
"Saya tahu yang ingin saya lakukan. Saya merasa sesuatu hal yang salah bila mengambil kesempatan seseorang untuk hidup," ujarnya seperti dikutip dari HeraldNZ.
Dan, saat persalinan, si kembar melanjutkan perjuangan untuk bertahan hidup. Axel lahir dengan berat hanya setengah kilogram, sepertiga ukuran lahir saudaranya. "Itu kemungkinan Axel tidak akan bisa bertahan jika tak segera dilahirkan. Aku sangat beruntung keduanya bisa lahir selamat."
Meyer mengatakan, si kembar berhasil melewati satu fase kritis dengan sangat baik. Jika lahir dengan kehamilan normal selama kurang lebih 40 minggu, kematian akibat sindroma ini bisa meningkat 30-40 persen akibat komplikasi. Kembar yang lemah akan mengalami anemia berat, penyebab gagal jantung. Sementara yang sehat akan mengalami risiko tekanan darah tinggi. (umi)
Populer dengan sebutan 'transfusi antarsaudara kembar', satu anak biasaya tumbuh sempurna di dalam rahim, sehingga akan menjadi pendonor gizi dan darah bagi saudara kembarnya.
Sindroma ini memengaruhi cara kerja plasenta dalam mengalirkan darah dan nutrisi. "Pada penderita, darah akan mengalir lebih banyak ke salah satu janin, dan salah satunya akan kekurangan darah," dokter anak Rumah Sakit Middlemore Neonatal, Mike Meyer menambahkan.
Sang ibu yang masih remaja, Kayla Crossley-Coe, mengetahui kehamilannya bermasalah saat kandungan berusia 21 minggu. Dari hasil pindai USG, diketahui salah satu janin berkembang terlalu besar dan satunya sangat kecil. "Itu sesuatu yang menakutkan".
Ia pun telah diperingatkan mengenai risiko sindroma langka tersebut. Bahwa, ia berpotensi kehilangan salah satu atau kedua bayinya. Meski demikian, sang ibu muda mengambil keputusan mempertahankan mereka.
"Saya tahu yang ingin saya lakukan. Saya merasa sesuatu hal yang salah bila mengambil kesempatan seseorang untuk hidup," ujarnya seperti dikutip dari HeraldNZ.
Dan, saat persalinan, si kembar melanjutkan perjuangan untuk bertahan hidup. Axel lahir dengan berat hanya setengah kilogram, sepertiga ukuran lahir saudaranya. "Itu kemungkinan Axel tidak akan bisa bertahan jika tak segera dilahirkan. Aku sangat beruntung keduanya bisa lahir selamat."
Meyer mengatakan, si kembar berhasil melewati satu fase kritis dengan sangat baik. Jika lahir dengan kehamilan normal selama kurang lebih 40 minggu, kematian akibat sindroma ini bisa meningkat 30-40 persen akibat komplikasi. Kembar yang lemah akan mengalami anemia berat, penyebab gagal jantung. Sementara yang sehat akan mengalami risiko tekanan darah tinggi. (umi)