Deodoran mengandung antiperspiran meningkatkan risiko kanker payudara. Benarkah mitos ini? |
Kandungan bahan kimia dalam produk kecantikan seringkali memicu perdebatan di tengah masyarakat. Informasi mengenai efek buruknya bagi kesehatan tak jarang berkembang liar menjadi sebuah mitos menyesatkan.
Seperti dikutip dari laman Shine, mitos semacam itulah yang memicu banyaknya wanita berhenti meninggalkan deodoran mengandung antiperspiran dan beralih ke deodoran yang lebih lembut. Mereka terjebak informasi yang menyebut antiperspiran dapat memicu kanker payudara.
Berikut lima mitos mengenai deodoran mengandung antiperspiran yang beredar di masyarakat:
1. Deodoran mengandung antiperspiran meningkatkan risiko kanker payudara.
2. Menggunakan deodoran sesaat setelah mencukur mengakibatkan zat kimia yang terkandung di dalamnya mudah menembus sel kulit. Ini memperbesar risiko munculnya kanker payudara.
3. Zat parabens di dalamnya dapat mengakibatkan penyakit.
4. Antiperspiran mencegah keringat keluar dari kulit, sehingga keringat yang banyak mengandung racun keluar melalui jalur lain seperti kelenjar getah bening. Racun pun akan menumpuk di jaringan payudara.
5. Pria memiliki risiko kanker payudara lebih rendah dibanding wanita. Ini karena deodoran terhalang rambut di ketiak pria dan tidak terserap langsung oleh kulit.
Menanggapi mitos yang berkembang liar tersebut, The American Cancer Society mengatakan bahwa semua informasi tersebut tidak benar. Hingga kini, belum ada penelitian yang membuktikan bahwa deodoran dapat memicu kanker payudara.
Fakta penelitian pada 2003 terhadap 813 wanita dengan kanker payudara dan 793 wanita tanpa kanker payudara menunjukkan, tidak ada hubungan antara kanker payudara dan penggunaan deodoran.
Jadi, Anda tidak perlu lagi khawatir menggunakan deodoran yang mengandung antiperspiran. Anda pun tetap dapat tampil percaya diri dan cantik, serta sehat dengan menggunakan produk deodoran kesayangan Anda.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi www.cancer.org. (pet)