Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengaku belum tertarik dengan penawaran investor asal Cina terkait pembangunan infrastruktur bus mengangkang di Jakarta.
Menurut Asisten bidang Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Hasan Basri Saleh, pemprov DKI tak ingin gegabah menerapkan sistem tersebut karena belum pernah ada moda transportasi massal jenis itu di Jakarta.
"Prinsip kita, kalau mau menerapkan teknologi harus yang sudah teruji, misalnya kereta api. Tidak bisa sesuatu yang baru diuji langsung diadopsi begitu saja," ujar Hasan.
Sebagai salah satu negara termacet di dunia, Cina saat ini tengah mengembangkan konsep bus mengangkang sebagai salah satu solusi kemacetan. Sistem ini akan dikaji hingga matang sebelum diterapkan di Jakarta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta wajib menggelar studi kelayakan untuk memperoleh kesepahaman bahwa teknologi bus mengangkang layak diaplikasikan di jalanan ibukota.
"Paparan baru dilakukan beberapa minggu lalu dan nanti baru dilihat. Bukan berarti Pemprov tidak berminat, hanya belum saja," tuturnya.
Perusahaan yang menawarkan konsep tersebut adalah Shenzhen Huashi Future, sebuah perusahaan parkir di China yang menyebut bus ngangkang dengan istilah Three Dimensional Fast Bus. Dalam konsepnya bus ngangkang ini memiliki kolong dengan tinggi 4,5 meter, dilengkapi roda yang ditempatkan di kedua sisi jalan raya.
Dengan kondisi fisik seperti ini, bagian bawah bus ngangkang bisa dilalui kendaraan lain sehingga tidak menganggu lalu lintas di bawahnya. Pembangunan infrastruktur bus mengangkang mulai dilakukan Shenzhen Huashi Future akhir tahun lalu di kabupaten Mentougou, Beijing.
Menurut Shenzhen Huashi Future, pembangunan infrastruktur bus ini akan memakan waktu satu tahun dan taksiran biayanya mencapai 500 juta yuan atau US$ 73 juta. China membuat terobosan untuk mengurangi kemacetaan sekaligus polusi udara. Caranya, membangun sistem transportasi umum yang futuristik. Bagaimana model bus tersebut
Menurut Asisten bidang Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Hasan Basri Saleh, pemprov DKI tak ingin gegabah menerapkan sistem tersebut karena belum pernah ada moda transportasi massal jenis itu di Jakarta.
"Prinsip kita, kalau mau menerapkan teknologi harus yang sudah teruji, misalnya kereta api. Tidak bisa sesuatu yang baru diuji langsung diadopsi begitu saja," ujar Hasan.
Sebagai salah satu negara termacet di dunia, Cina saat ini tengah mengembangkan konsep bus mengangkang sebagai salah satu solusi kemacetan. Sistem ini akan dikaji hingga matang sebelum diterapkan di Jakarta.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta wajib menggelar studi kelayakan untuk memperoleh kesepahaman bahwa teknologi bus mengangkang layak diaplikasikan di jalanan ibukota.
"Paparan baru dilakukan beberapa minggu lalu dan nanti baru dilihat. Bukan berarti Pemprov tidak berminat, hanya belum saja," tuturnya.
Perusahaan yang menawarkan konsep tersebut adalah Shenzhen Huashi Future, sebuah perusahaan parkir di China yang menyebut bus ngangkang dengan istilah Three Dimensional Fast Bus. Dalam konsepnya bus ngangkang ini memiliki kolong dengan tinggi 4,5 meter, dilengkapi roda yang ditempatkan di kedua sisi jalan raya.
Dengan kondisi fisik seperti ini, bagian bawah bus ngangkang bisa dilalui kendaraan lain sehingga tidak menganggu lalu lintas di bawahnya. Pembangunan infrastruktur bus mengangkang mulai dilakukan Shenzhen Huashi Future akhir tahun lalu di kabupaten Mentougou, Beijing.
Menurut Shenzhen Huashi Future, pembangunan infrastruktur bus ini akan memakan waktu satu tahun dan taksiran biayanya mencapai 500 juta yuan atau US$ 73 juta. China membuat terobosan untuk mengurangi kemacetaan sekaligus polusi udara. Caranya, membangun sistem transportasi umum yang futuristik. Bagaimana model bus tersebut