Dalam sebuah hubungan asmara, selalu ada kemungkinan salah satu pasangan 'menyerah' pada godaan. Bisa disebabkan karena kebosanan, ketidakcocokan, jarak, atau banyak faktor lainnya.
Apapun alasannya, perselingkuhan sebenarnya tidak dapat ditolerir. Tetapi jika berada dalam situasi tersebut adalah penting untuk memahami apa yang mendorong pasangan melakukan perselingkuhan.
Ketahui lima alasan psikologis mengapa pria dan wanita mengkhianati pasangannya, dari Deepti Makhija, psikolog asal India.
1. Kecenderungan perilaku reaktif
Adu argumen adalah hal wajar dalam hubungan pernikahan. Tapi ketika hal itu membuat sakit hari salah satu pasangan, bisa jadi ia bereaksi ekstrim dengan berselingkuh.
"Momen setelah adu argumen sangat rentan. Dalam beberapa situasi, berselingkuh seperti perilaku reaktif daripada proaktif," kata Makhija, seperti dikutip dari Times of India.
Seseorang sebenarnya bisa meminta bantuan dari pihak ketiga seperti teman dan keluarga. Tetapi mereka cenderung reaktif dan lupa mencari bantuan. Justru yang dilakukan kemudian adalah mengambil kesempatan mencari cinta yang lain. Hasilnya bisa jadi penyesalan kemudian.
2. Ketidakcocokan seksual
Makanan, air, tempat tinggal dan seks adalah dasar kebutuhan fisiologis manusia. Untuk kebutuhan seks, dibutuhkan kepuasan psikologis bukan hanya fisik. Jika salah satu pasangan tidak mencapai kepuasan, bisa jadi pemicu perselingkuhan. Itu karena ketika muncul perasaan ketidakpuasan, banyak yang cenderung mereka mencari kepuasan di tempat lain.
"Dalam sebuah pernikahan, kesesuaian seksual adalah sama pentingnya dengan kecocokkan emosional. Keduanya harus seimbang, bisa jadi bahaya ketika salah satu mengalahkan yang lain. Hal ini dapat mendorong pasangan untuk mencari faktor-faktor kepuasan di luar hubungan, baik itu seks atau emosi," kata Makhija.
3. Membangkitkan ego
Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan pernikahan, banyak orang tak lagi menganggap pasangannya menarik. Padahal setiap orang ingin dianggap menarik dan dihargai oleh pasangannya. Jika hal itu tak lagi terpenuhi dalam sebuah hubungan maka bisa meningkatkan risiko perselingkuhan.
Seseorang bisa meningkatkan kepercayaan dirinya dengan menjalin hubungan terlarang dengan orang yang menganggapnya menarik. Hal ini semacam untuk membangkitkan ego dalam diri.
4. Tumbuh secara terpisah
Beberapa pasangan tidak tumbuh bersama meskipun mereka terikat dalam sebuah pernikahan. Hal ini bisa terjadi ketika antara pasangan tidak memiliki pandangan yang sama atau berusaha mengimbangi satu sama lain. Akibatnya mereka kehilangan hasrat seksual dan emosional pada pasangannya.
Hubungan tetap dilanjutkan bisa jadi demi anak-anak mereka atau stabilitas keuangan. Kehilangan faktor cinta dalam hubungan seperti ini, membuat seseorang sangat mungkin mencari cinta di tempat lain.
5. Mencari sensasi
Seseorang selalu memiliki kesempatan untuk berselingkuh. Baik diperjalanan, saat bertemu teman lama atau dalam pesta. Beberapa orang mungkin hanya ingin mencari sensasi dengan menjalin hubungan dengan orang lain selain pasangannya. Ketika kesempatan muncul, sensasi pun akan dikejar.
"Setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya dan menyadari tindakan yang dilakukan sepenuhnya. Hal ini bisa bertahan lama jika seseorang mulai ketagihan dengan sensasi yang dibuatnya sendiri," kata Makhija.
Apapun alasannya, perselingkuhan sebenarnya tidak dapat ditolerir. Tetapi jika berada dalam situasi tersebut adalah penting untuk memahami apa yang mendorong pasangan melakukan perselingkuhan.
Ketahui lima alasan psikologis mengapa pria dan wanita mengkhianati pasangannya, dari Deepti Makhija, psikolog asal India.
1. Kecenderungan perilaku reaktif
Adu argumen adalah hal wajar dalam hubungan pernikahan. Tapi ketika hal itu membuat sakit hari salah satu pasangan, bisa jadi ia bereaksi ekstrim dengan berselingkuh.
"Momen setelah adu argumen sangat rentan. Dalam beberapa situasi, berselingkuh seperti perilaku reaktif daripada proaktif," kata Makhija, seperti dikutip dari Times of India.
Seseorang sebenarnya bisa meminta bantuan dari pihak ketiga seperti teman dan keluarga. Tetapi mereka cenderung reaktif dan lupa mencari bantuan. Justru yang dilakukan kemudian adalah mengambil kesempatan mencari cinta yang lain. Hasilnya bisa jadi penyesalan kemudian.
2. Ketidakcocokan seksual
Makanan, air, tempat tinggal dan seks adalah dasar kebutuhan fisiologis manusia. Untuk kebutuhan seks, dibutuhkan kepuasan psikologis bukan hanya fisik. Jika salah satu pasangan tidak mencapai kepuasan, bisa jadi pemicu perselingkuhan. Itu karena ketika muncul perasaan ketidakpuasan, banyak yang cenderung mereka mencari kepuasan di tempat lain.
"Dalam sebuah pernikahan, kesesuaian seksual adalah sama pentingnya dengan kecocokkan emosional. Keduanya harus seimbang, bisa jadi bahaya ketika salah satu mengalahkan yang lain. Hal ini dapat mendorong pasangan untuk mencari faktor-faktor kepuasan di luar hubungan, baik itu seks atau emosi," kata Makhija.
3. Membangkitkan ego
Setelah bertahun-tahun menjalin hubungan pernikahan, banyak orang tak lagi menganggap pasangannya menarik. Padahal setiap orang ingin dianggap menarik dan dihargai oleh pasangannya. Jika hal itu tak lagi terpenuhi dalam sebuah hubungan maka bisa meningkatkan risiko perselingkuhan.
Seseorang bisa meningkatkan kepercayaan dirinya dengan menjalin hubungan terlarang dengan orang yang menganggapnya menarik. Hal ini semacam untuk membangkitkan ego dalam diri.
4. Tumbuh secara terpisah
Beberapa pasangan tidak tumbuh bersama meskipun mereka terikat dalam sebuah pernikahan. Hal ini bisa terjadi ketika antara pasangan tidak memiliki pandangan yang sama atau berusaha mengimbangi satu sama lain. Akibatnya mereka kehilangan hasrat seksual dan emosional pada pasangannya.
Hubungan tetap dilanjutkan bisa jadi demi anak-anak mereka atau stabilitas keuangan. Kehilangan faktor cinta dalam hubungan seperti ini, membuat seseorang sangat mungkin mencari cinta di tempat lain.
5. Mencari sensasi
Seseorang selalu memiliki kesempatan untuk berselingkuh. Baik diperjalanan, saat bertemu teman lama atau dalam pesta. Beberapa orang mungkin hanya ingin mencari sensasi dengan menjalin hubungan dengan orang lain selain pasangannya. Ketika kesempatan muncul, sensasi pun akan dikejar.
"Setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya dan menyadari tindakan yang dilakukan sepenuhnya. Hal ini bisa bertahan lama jika seseorang mulai ketagihan dengan sensasi yang dibuatnya sendiri," kata Makhija.