Ketatnya persaingan hidup, target pekerjaan, krisis finansial, dan tekanan hidup yang semakin sulit telah banyak melalaikan manusia dari mengingat kematian.
Demikian pula dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga yang sangat kita cintai, bercanda dan bergurau bersama mereka, pergi berlibur bersama, konser musik, perayaan- perayaan ulang tahun, belanja di mall, menikmati acara televisi dan atau membaca buku- buku cerita telah banyak melalaikan dan menyita waktu kita sehingga fokus pikiran kita terjauh dari kematian.
Hari demi hari telah kita lalui, dahulu kita masih berada dalam kandungan ibu, lalu kita menjadi anak- anak, remaja, dewasa dan tua. Dan sudah menjadi sunatullah bahwa semua yang pernah hidup akan mengalami kematian.
Memang, pembahasan tentang kematian adalah topik yang mengerikan bagi kebanyakan manusia, sehingga sadar atau tidak pembicaraan tentangnya sering kali dihindari dan dilupakan. Namun celakanya, betapapun mereka menghindarinya, manusia tidak akan bisa terlepas dari jadwal ajalnya sendiri.
Suka atau tidak suka, "piala bergilir" itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....
Ketika panggilan kematian itu datang, erangan nafas begitu beratnya terdengar. tidak akan ada seorangpun yang dapat lari darinya, tidak seorangpun yang dapat menghindarinya.
Ternyata begitu cepat waktu berlalu, seakan baru kemarin tangis kelahiran kita terdengar, namun sekarang harus berkalang tanah. Dan akan bagaimanakah akhir kehidupan kita nanti? Sesungguhnya setiap orang telah mengukir jalan akhir kehidupannya sendiri, yaitu dengan melihat bagaimana dia menghabiskan jatah waktu dan umurnya.
Disinilah kecerdasan kita teruji. Ya, manusia yang cerdas bukanlah selalunya berkubang dengan rumus dan atau pemikiran modern. Manusia yang dengan penuh kehati- hatian melalui setiap detik proses kehidupannya hanya untuk mencari ridho Robbnya lah adalah sebenar- benarnya manusia yang cerdas. Begitu cerdasnya dia dalam mendidik dan menguasai dirinya sendiri untuk sadar bahwa kesemuanya akan ada pertanggungan jawab dan konsekuensinya.
Namun sayang, kebanyakan manusia hanya berpikir pendek dengan menganggap bahwa kematian yang menurut mereka adalah sama halnya seperti kelahiran. Sepasang proses hidup tersebut, secara natural akan terjadi. Keduanya bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Sangat biasa.
Padahal ketika kunjungan malaikat maut telah datang, berarti pula jadwal hidup dalam keabadian, yang berarti selama- lamanya dan tidak akan pernah ada ujungnya, sudah menanti didepan mata.
Maka, sebagai penghormatan kepada diri, sudah selayaknya kita memberikan desain kematian yang indah untuk diri sendiri yang hidup hanya satu kalinya ini.Semoga Allah memberikan akhir kehidupan kita dengan husnul khotimah.
Suka atau tidak suka, piala bergilir itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....
Demikian pula dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga yang sangat kita cintai, bercanda dan bergurau bersama mereka, pergi berlibur bersama, konser musik, perayaan- perayaan ulang tahun, belanja di mall, menikmati acara televisi dan atau membaca buku- buku cerita telah banyak melalaikan dan menyita waktu kita sehingga fokus pikiran kita terjauh dari kematian.
Hari demi hari telah kita lalui, dahulu kita masih berada dalam kandungan ibu, lalu kita menjadi anak- anak, remaja, dewasa dan tua. Dan sudah menjadi sunatullah bahwa semua yang pernah hidup akan mengalami kematian.
Memang, pembahasan tentang kematian adalah topik yang mengerikan bagi kebanyakan manusia, sehingga sadar atau tidak pembicaraan tentangnya sering kali dihindari dan dilupakan. Namun celakanya, betapapun mereka menghindarinya, manusia tidak akan bisa terlepas dari jadwal ajalnya sendiri.
Suka atau tidak suka, "piala bergilir" itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....
Ketika panggilan kematian itu datang, erangan nafas begitu beratnya terdengar. tidak akan ada seorangpun yang dapat lari darinya, tidak seorangpun yang dapat menghindarinya.
Ternyata begitu cepat waktu berlalu, seakan baru kemarin tangis kelahiran kita terdengar, namun sekarang harus berkalang tanah. Dan akan bagaimanakah akhir kehidupan kita nanti? Sesungguhnya setiap orang telah mengukir jalan akhir kehidupannya sendiri, yaitu dengan melihat bagaimana dia menghabiskan jatah waktu dan umurnya.
Disinilah kecerdasan kita teruji. Ya, manusia yang cerdas bukanlah selalunya berkubang dengan rumus dan atau pemikiran modern. Manusia yang dengan penuh kehati- hatian melalui setiap detik proses kehidupannya hanya untuk mencari ridho Robbnya lah adalah sebenar- benarnya manusia yang cerdas. Begitu cerdasnya dia dalam mendidik dan menguasai dirinya sendiri untuk sadar bahwa kesemuanya akan ada pertanggungan jawab dan konsekuensinya.
Namun sayang, kebanyakan manusia hanya berpikir pendek dengan menganggap bahwa kematian yang menurut mereka adalah sama halnya seperti kelahiran. Sepasang proses hidup tersebut, secara natural akan terjadi. Keduanya bisa diandaikan seperti ujung dari seutas tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Sangat biasa.
Padahal ketika kunjungan malaikat maut telah datang, berarti pula jadwal hidup dalam keabadian, yang berarti selama- lamanya dan tidak akan pernah ada ujungnya, sudah menanti didepan mata.
Maka, sebagai penghormatan kepada diri, sudah selayaknya kita memberikan desain kematian yang indah untuk diri sendiri yang hidup hanya satu kalinya ini.Semoga Allah memberikan akhir kehidupan kita dengan husnul khotimah.
Suka atau tidak suka, piala bergilir itu pasti akan menuju kita, dan bukan hal mustahil setelah anda membaca tulisan ini, anda akan menjumpai... detik terakhir....
(Syahidah)