Bukan keunikan budaya atau keindahan alam membuat Nauru sohor. Negara kecil yang hanya berpenduduk sekitar 10 ribu jiwa ini menjadi perbincangan dunia karena ciri tubuh penduduknya yang gemuk.
Berdasar catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, sekitar 95 persen warga negara di kawasan Samudra Pasifik itu menderita obesitas. Sebagian besar bahkan menderita diabetes.
Mereka yang tergolong obesitas memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30. Sedangkan orang gemuk dibatasi pada skala 25-30, dan tubuh ideal sebesar 18,5-24,9. IMT dihitung dari berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (meter persegi).
Secara historis, warga Nauru mengenal tradisi penggemukan dengan memberi makan berlebihan sejak kecil. Namun, itu bukan satu-satunya pemicu meledaknya angka obesitas di negara seluas 21 kilometer persegi itu.
Kegemaran masyarakat mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung gula juga turut andil mengantarkan Nauru sebagai negara berpenduduk gemuk terbanyak di dunia. Kondisi pun semakin buruk dengan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai gaya hidup sehat.
Masyarakat Nauru mengalami perubahan gaya hidup sejak menemukan cadangan fosfat melimpah di awal 1900-an. Mereka menjadi sangat konsumtif seiring kehadiran sejumlah perusahaan tambang di negara yang berbentuk pulau itu.
Perbaikan tingkat perekonomian mengubah gaya hidup masyarakat setempat. Buah dan ikan yang tadinya menjadi makanan favorit tergeser makanan 'sampah' impor. Kehidupan masyarakat Nauru saat ini sangat bergantung impor makanan dari Amerika, Jepang dan Australia.
Ledakan obesitas membuat pemerintah Nauru harus bekerja keras menyelamatkan warganya dari risiko penyakit terkait obesitas. Berbagai program pelangsingan diluncurkan, mulai dari kelas senam gratis, olahraga, seminar gizi, hingga menggelar kontes penurunan berat badan.
Predikat yang diraih Nauru itu diikuti Mikronesia dengan 92 persen penduduk mengalami kelebihan berat badan, Kepulauan Cook (92%), Tonga (92%), Niue (84%), Samoa (83%), Palau (81%), Amerika Serikat (79%), Kiribati (77%), dan Dominika (76%).
Berdasar catatan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, sekitar 95 persen warga negara di kawasan Samudra Pasifik itu menderita obesitas. Sebagian besar bahkan menderita diabetes.
Mereka yang tergolong obesitas memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih dari 30. Sedangkan orang gemuk dibatasi pada skala 25-30, dan tubuh ideal sebesar 18,5-24,9. IMT dihitung dari berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan kuadrat (meter persegi).
Secara historis, warga Nauru mengenal tradisi penggemukan dengan memberi makan berlebihan sejak kecil. Namun, itu bukan satu-satunya pemicu meledaknya angka obesitas di negara seluas 21 kilometer persegi itu.
Kegemaran masyarakat mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung gula juga turut andil mengantarkan Nauru sebagai negara berpenduduk gemuk terbanyak di dunia. Kondisi pun semakin buruk dengan minimnya pengetahuan masyarakat mengenai gaya hidup sehat.
Masyarakat Nauru mengalami perubahan gaya hidup sejak menemukan cadangan fosfat melimpah di awal 1900-an. Mereka menjadi sangat konsumtif seiring kehadiran sejumlah perusahaan tambang di negara yang berbentuk pulau itu.
Perbaikan tingkat perekonomian mengubah gaya hidup masyarakat setempat. Buah dan ikan yang tadinya menjadi makanan favorit tergeser makanan 'sampah' impor. Kehidupan masyarakat Nauru saat ini sangat bergantung impor makanan dari Amerika, Jepang dan Australia.
Ledakan obesitas membuat pemerintah Nauru harus bekerja keras menyelamatkan warganya dari risiko penyakit terkait obesitas. Berbagai program pelangsingan diluncurkan, mulai dari kelas senam gratis, olahraga, seminar gizi, hingga menggelar kontes penurunan berat badan.
Predikat yang diraih Nauru itu diikuti Mikronesia dengan 92 persen penduduk mengalami kelebihan berat badan, Kepulauan Cook (92%), Tonga (92%), Niue (84%), Samoa (83%), Palau (81%), Amerika Serikat (79%), Kiribati (77%), dan Dominika (76%).