Pelaku teror bom buku dicurigai sebagai orang terlatih yang sangat memusuhi Islam untuk menghancurkan Islam. Diduga mantan anggota TNI terlibat.
Tim Advokasi Forum Umat Islam (FUI) Munarman SH angkat bicara terkait maraknya aksi paket bom di beberapa tempat di Jakarta. Munarman menilai, si pelaku teror bom buku bukan orang sembarangan. Menurutnya, pelakunya adalah orang yang membenci Islam yang terlatih.
"Si pembuat bom bukan menarget orang-orang yang dikirimi (paket bom buku) itu. Akan tetapi, tujuannya adalah agar pemuda Pancasila misalnya, kemudian marah. Lalu membenci tokoh-tokoh Islam," kata Munarman, Jumat (18/03/2011).
Target yang akan dicapai oleh para pelaku teror itu, kata Munarman, mendiskreditkan organisasi Islam, selain tokoh Islam yang selama ini selalu kencang bersuara.
"Kalau dilihat modusnya, pelakunya orang terlatih. Saya yakin pelakunya orang yang membenci Islam kemudian berusaha mengadu domba dengan melakukan teror. Kita lihat saja, beberapa tokoh yang dikirimi paket, dipilih secara acak. Salah satunya di kantor Jaringan Islam Liberal (JIL). Padahal, JIL sudah lama bubar," papar Munarman yang juga Jubir Front Pembela Islam (FPI) itu.
Kemudian teror di beberapa tempat, termasuk di ruang kerja Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan meski akhirnya tak terbukti bukan paket bom. Kemudian, di rumah Ketua Pemuda Pancasila, Yapto dan beberapa tempat lain.
"Kalau bukan orang terlatih, tak mungkin bisa merakit bom seperti itu. Buku-bukunya juga sudah disiapkan, hard cover semua. Bisa membuat buku demikian banyak, polisi saja belum tentu bisa merakit bom seperti itu, membutuhkan latihan khusus," urainya.
"Tujuan pembuat bom ingin menghancurkan umat Islam. Sehingga masyarakat bergerak, media massa dijadikan provokator kemudian menyerang kelompok Islam. Ini sebuah permainan yang dibuat yang anti Islam. Bisa saja ini dikatakan sebuah permainan intelijen," tandasnya.
Pengamat politik curigai mantan TNI terlibat
Senada itu, pengamat politik dan teror, Hermawan Sulistyo menduga ada mantan anggota TNI yang terlibat dalam teror bom buku dan banyak aksi lainnya yang serupa.
"Biasanya dalam beberapa kasus ada oknum TNI, yang sudah desiden (mantan) tak disukai mainstreamnya tapi dia tidak tentara," ujar Hermawan di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (19/3/2011).
Menurut Hermawan, biasanya mereka membantu seperti hal dana, simpati hingga pelatihan. Dasarnya, lanjut Hermawan seperti adanya hubungan afiliasi politik dan keyakinan serta kepentingan lain seperti pertemanan.
"Atas dasar keyakinan dan kepentingan lain afiliasi politik dan pertemanan dia membantu bantu dana memberi simpati dan pelatihan dan setahu saya umumnya sudah tidak(aktif sebagai TNI)," jelasnya.
Ironisnya, jelas Hermawan, para perwira militer yang masih aktif sebagai TNI tidak berani melakukan penolakan atas apa yang dilakukan para mantan anggota TNI tersebut. Hermawan menyebut mereka sebagai orang pengecut dan penakut.
"Saya tidak melihat satupun perwira militer punya kapasitas, kemampuan dan keberanian untuk itu, penakut semua pengecut," tandasnya. [taz/trb]