Wajah dan otak memang berkembang bersama-sama dan saling memengaruhi. Hal ini dimulai sejak embrio dan terus berlanjut hingga masa remaja. Para ilmuwan percaya bahwa hal ini bisa membantu mereka mengetahui secara lebih detail ketika autisme mulai terjadi pada anak.
Mereka juga mengungkapkan, hal ini bisa memberikan petunjuk terkait penyebab autisme. Autisme merupakan gangguan yang membuat seseorang kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya, seumur hidup.
Dari kesimpulan tim yang dipimpin oleh Profesor Kristina Aldridge, ada tiga ciri fisik yang ditemukan pada anak-anak dengan autisme, yaitu:
1. Memiliki wajah yang lebih lebar, termasuk mata yang lebih besar.
2. Bagian tengah wajahnya lebih pendek, termasuk pipi dan hidung.
3. Memiliki mulut dan philtrum, area antara hidung dan bibir, yang lebih luas.
"Jika bisa mengidentifikasi saat perubahan wajah terjadi, kita bisa mengetahui kapan autisme mulai berkembang pada seorang anak. Mengetahuinya bisa mempermudah kita menganalisis pemicu autis, baik terkait faktor genetik maupun lingkungan," kata Aldridge, seperti dikutip dari Daily Mail.
Tim menganalisis 64 wajah anak lelaki dengan autisme dan 41 anak laki-laki normal yang berusia delapan hingga 12 tahun. Foto mereka diambil menggunakan kamera dengan sistem tiga dimensi. Dari foto, lalu dipetakan 17 titik pada wajah, seperti sudut mata.
Penghitungan geometri pun dilakukan pada keseluruhan wajah, menggunakan 17 titik-titik tersebut. Hasilnya, ketika dilakukan perbandingan dengan wajah anak normal, ada perbedaan statistik yang signifikan dalam bentuk wajah. (art)
source