“Setelah sekitar 48 jam kami amati, kami tidak mendapatkan laporan adanya kerusakan,” kata Andreas Schutz, juru bicara DLR, badan antariksa Jerman, seperti dikutip dari Electronics Weekly, 26 Oktober 2011. “Kami memperkirakan, seluruh bagian satelit itu jatuh ke air.”
Seperti perkiraan sebelumnya, teleskop ruang angkasa itu jatuh ke orbit Bumi pada akhir pekan lalu, terbakar saat melintas menuju samudera India, dan bergerak ke arah Myanmar dan China. Namun ketika itu, petugas kontrol di badan antariksa Jerman belum dapat memastikan di mana ia jatuh.
Tidak adanya informasi tentang lokasi pasti jatuhnya satelit itu menyebabkan kekhawatiran di media dan kalangan masyarakat. Apalagi, kelangkaan data tersebut terjadi di era di mana GPS sudah sangat lazim digunakan.
“Dengan telah diketahuinya keberadaan terakhir ROSAT, salah satu misi ilmiah ruang angkasa Jerman yang paling berhasil telah tiba pada penghujungnya,” kata Johann-Dietrich Worner, Ketua Dewan Eksekutif DLR.
Selama delapan tahun masa kerja ROSAT, Worner menyebutkan, lebih dari 4 ribu ilmuwan dari 24 negara telah memanfaatkan satelit itu untuk melakukan pengamatan. Banyak proses energi tinggi yang terjadi di alam semesta terpantau pertama kali lewat teleskop ini.
source