Setahun ini ia dan suami hanya tiga kali melakukan hubungan seksual. Kelelahan yang menjadi alasan, pulang kantor sudah sore. Masalahnya, kenapa orang lain yang juga sibuk tetap bisa berhubungan seks lebih sering?
"Saya seorang istri berumur 40 tahun, suami 43 tahun. Kami menikah sudah 15 tahun dan mempunyai dua anak. Sejak setahun lalu kami sangat jarang melakukan hubungan seks. Hanya tiga kali kami melakukan hubungan seks selama setahun ini dan itu pun sangat singkat.
Kami sama-sama sibuk sehingga waktu pulang ke rumah sore hari sudah kelelahan. Inginnya istirahat dan main sama anak. Suami mengatakan tak masalah tidak melakukan hubungan seks karena capek.
Saya pernah bertanya-tanya, apakah kami normal dengan kehidupan seperti ini. Saya pernah mengobrol dengan dua teman di kantor yang umurnya dua tahun lebih tua dari saya dan suaminya juga lebih tua. Pertanyaannya, mengapa mereka masih sering melakukan hubungan dengan suaminya? Malah katanya kalau seminggu tidak berhubungan, mereka sudah ingin sekali, lebih-lebih suaminya.
Teman saya itu tidak percaya kalau saya dan suami sangat jarang berhubungan seks karena usia kami lebih muda. Yang membuat saya agak khawatir karena teman saya mengatakan, "Jangan-jangan suamimu main di luar." Walaupun teman saya bergurau, saya jadi berpikir, apa benar suami begitu.
Mohon dijelaskan, apakah wajar kalau suami hanya ingin melakukan hubungan seks tiga kali dalam setahun ini? Apakah mungkin suami main di luar seperti kata teman saya? Apakah wajar kalau saya tidak ingin melakukan hubungan seks dalam waktu lama?
Apakah saya dan suami perlu mendapat pengobatan? Mana yang dianggap normal, saya dan suami atau teman saya dan suaminya itu?”
SG, Malang
Konteksnya pasangan
Kehidupan seksual harus selalu dilihat dalam konteks pasangan. Artinya, jangan hanya memandang kehidupan seksual dari kepentingan diri sendiri atau pasangan saja, melainkan kepentingan bersama sebagai satu pasangan. Karena itu, kehidupan seksual satu pasangan tidak harus sama dengan kehidupan seksual pasangan lain.
Kalau Anda membandingkan kehidupan seksual Anda dengan teman sekantor dan ternyata berbeda, itu sangat wajar. Berbagai faktor yang memengaruhi kehidupan seksual Anda dan suami tentu tidak sama dengan faktor yang memengaruhi teman Anda dan pasangannya. Namun, tentu saja kita dapat memberikan penilaian, kehidupan seksual mana yang lebih wajar.
Frekuensi hubungan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor pada kedua pihak. Pertama, dorongan seksual. Kedua, fungsi seksual yang lain. Ketiga, kualitas hubungan seksual sebelumnya. Keempat, daya tarik pasangan.
Kalau faktor tersebut mendukung, frekuensi hubungan seksual sering. Sebaliknya, kalau faktor tersebut menghambat, frekuensinya menjadi jarang.
Frekuensi hubungan seksual Anda dan suami pasti tergolong jarang karena hanya tiga kali dalam setahun ini. Tentu berbeda jauh dengan teman Anda di kantor itu. Syukurlah kalau ternyata memang dikehendaki bersama dengan suami. Masalahnya, mengapa terjadi frekuensi yang jarang itu?
Cobalah Anda lihat keempat faktor di atas. Bagaimana dorongan seksual Anda dan suami? Bagaimana fungsi seksual yang lain pada diri Anda dan suami, seperti perlendiran vagina dan ereksi penis? Bagaimana pula kualitas hubungan seksual sebelumnya, apakah menyenangkan atau tidak? Bagaimana ketertarikan Anda secara fisik dan psikis terhadap suami dan sebaliknya?
Jangan dibiarkan
Kelelahan fisik memang termasuk salah satu penyebab menurunnya dorongan seksual dan fungsi seksual yang lain. Meski begitu, kalau kelelahan sampai menimbulkan akibat dalam kehidupan sehari-hari, berarti ada suatu gangguan pada diri Anda dan suami. Keadaan ini seharusnya tidak dibiarkan karena merupakan manifestasi dari gangguan fisik atau psikis yang ada.
Kekhawatiran Anda mengenai suami yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, saya pikir tidak berlebihan. Kemungkinan itu dapat saja terjadi. Namun, kalau memang dia mengalami gangguan yang menghambat salah satu faktor di atas, kekhawatiran tidak perlu terjadi.
Pada dasarnya kesepakatan suami istri harus menjadi pegangan dalam kehidupan seksual. Tentu saja kesepakatan ini harus dilandasi kejujuran dan jangan sampai mengganggu salah satu pihak.
Kesepakatan Anda dan suami baik saja asal dilandasi kejujuran dan tidak menimbulkan gangguan bagi Anda dan dia. Kalau dilandasi ketidakjujuran, kekhawatiran Anda itulah yang terjadi.
Cobalah berkomunikasi lebih baik mengenai kehidupan seksual Anda dan suami yang sangat jarang ini. Cari tahu mengapa ini terjadi. Kalau benar karena selalu kelelahan, perlu diketahui adakah gangguan yang menimbulkan rasa capek ini selain pekerjaan sehari-hari. Gangguan ini harus diatasi agar fungsi seksual menjadi lebih baik.
"Saya seorang istri berumur 40 tahun, suami 43 tahun. Kami menikah sudah 15 tahun dan mempunyai dua anak. Sejak setahun lalu kami sangat jarang melakukan hubungan seks. Hanya tiga kali kami melakukan hubungan seks selama setahun ini dan itu pun sangat singkat.
Kami sama-sama sibuk sehingga waktu pulang ke rumah sore hari sudah kelelahan. Inginnya istirahat dan main sama anak. Suami mengatakan tak masalah tidak melakukan hubungan seks karena capek.
Saya pernah bertanya-tanya, apakah kami normal dengan kehidupan seperti ini. Saya pernah mengobrol dengan dua teman di kantor yang umurnya dua tahun lebih tua dari saya dan suaminya juga lebih tua. Pertanyaannya, mengapa mereka masih sering melakukan hubungan dengan suaminya? Malah katanya kalau seminggu tidak berhubungan, mereka sudah ingin sekali, lebih-lebih suaminya.
Teman saya itu tidak percaya kalau saya dan suami sangat jarang berhubungan seks karena usia kami lebih muda. Yang membuat saya agak khawatir karena teman saya mengatakan, "Jangan-jangan suamimu main di luar." Walaupun teman saya bergurau, saya jadi berpikir, apa benar suami begitu.
Mohon dijelaskan, apakah wajar kalau suami hanya ingin melakukan hubungan seks tiga kali dalam setahun ini? Apakah mungkin suami main di luar seperti kata teman saya? Apakah wajar kalau saya tidak ingin melakukan hubungan seks dalam waktu lama?
Apakah saya dan suami perlu mendapat pengobatan? Mana yang dianggap normal, saya dan suami atau teman saya dan suaminya itu?”
SG, Malang
Konteksnya pasangan
Kehidupan seksual harus selalu dilihat dalam konteks pasangan. Artinya, jangan hanya memandang kehidupan seksual dari kepentingan diri sendiri atau pasangan saja, melainkan kepentingan bersama sebagai satu pasangan. Karena itu, kehidupan seksual satu pasangan tidak harus sama dengan kehidupan seksual pasangan lain.
Kalau Anda membandingkan kehidupan seksual Anda dengan teman sekantor dan ternyata berbeda, itu sangat wajar. Berbagai faktor yang memengaruhi kehidupan seksual Anda dan suami tentu tidak sama dengan faktor yang memengaruhi teman Anda dan pasangannya. Namun, tentu saja kita dapat memberikan penilaian, kehidupan seksual mana yang lebih wajar.
Frekuensi hubungan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor pada kedua pihak. Pertama, dorongan seksual. Kedua, fungsi seksual yang lain. Ketiga, kualitas hubungan seksual sebelumnya. Keempat, daya tarik pasangan.
Kalau faktor tersebut mendukung, frekuensi hubungan seksual sering. Sebaliknya, kalau faktor tersebut menghambat, frekuensinya menjadi jarang.
Frekuensi hubungan seksual Anda dan suami pasti tergolong jarang karena hanya tiga kali dalam setahun ini. Tentu berbeda jauh dengan teman Anda di kantor itu. Syukurlah kalau ternyata memang dikehendaki bersama dengan suami. Masalahnya, mengapa terjadi frekuensi yang jarang itu?
Cobalah Anda lihat keempat faktor di atas. Bagaimana dorongan seksual Anda dan suami? Bagaimana fungsi seksual yang lain pada diri Anda dan suami, seperti perlendiran vagina dan ereksi penis? Bagaimana pula kualitas hubungan seksual sebelumnya, apakah menyenangkan atau tidak? Bagaimana ketertarikan Anda secara fisik dan psikis terhadap suami dan sebaliknya?
Jangan dibiarkan
Kelelahan fisik memang termasuk salah satu penyebab menurunnya dorongan seksual dan fungsi seksual yang lain. Meski begitu, kalau kelelahan sampai menimbulkan akibat dalam kehidupan sehari-hari, berarti ada suatu gangguan pada diri Anda dan suami. Keadaan ini seharusnya tidak dibiarkan karena merupakan manifestasi dari gangguan fisik atau psikis yang ada.
Kekhawatiran Anda mengenai suami yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, saya pikir tidak berlebihan. Kemungkinan itu dapat saja terjadi. Namun, kalau memang dia mengalami gangguan yang menghambat salah satu faktor di atas, kekhawatiran tidak perlu terjadi.
Pada dasarnya kesepakatan suami istri harus menjadi pegangan dalam kehidupan seksual. Tentu saja kesepakatan ini harus dilandasi kejujuran dan jangan sampai mengganggu salah satu pihak.
Kesepakatan Anda dan suami baik saja asal dilandasi kejujuran dan tidak menimbulkan gangguan bagi Anda dan dia. Kalau dilandasi ketidakjujuran, kekhawatiran Anda itulah yang terjadi.
Cobalah berkomunikasi lebih baik mengenai kehidupan seksual Anda dan suami yang sangat jarang ini. Cari tahu mengapa ini terjadi. Kalau benar karena selalu kelelahan, perlu diketahui adakah gangguan yang menimbulkan rasa capek ini selain pekerjaan sehari-hari. Gangguan ini harus diatasi agar fungsi seksual menjadi lebih baik.
Kompas