Israel sangat khawatir jika Mesir paca revolusi 25 Januari akan menjelma menjadi kekuatan seperti Turki dan Iran di kawasan Timur Tengah. Demikian ungkapan Pakar Politik Timur Tengah Amerika terkemuka Dr. Norman Finkelstein sebagaimana dikutip koran Mesir Al-Ahram (17/5).
"Israel khawatir kalau Mesir akan menjadi kekuatan seperti Turki dan Iran, kekuatan yang menuntut hak dan posisinya di bawah matahari," kata Finkelstein.
Perubahan situasi politik di Mesir pasca revolusi 25 Januari lalu itu, yang terjadi dalam skala yang sangat cepat dan besar sekaligus tak terduga sebelumnya itu, dipastikan akan merubah peta dan gugusan konstelasi politik Timur Tengah.
Perubahan tersebut, kata Finkelstein, juga telah merubah berbagai rencana dan agenda Israel untuk kawasan tersebut, termasuk di antaranya rencana Israel terkait Iran dan Jalur Gaza.
Dengan terjungkalnya rezim Mubarak, Israel bisa dipastikan akan mengalami sendatan dan banyak kendala dalam menjalankan beberapa agenda politiknya di Timur Tengah. Bagaimanapun, Mesir di masa rezim Mubarak, yang berkuasa hampir 30 tahun, adalah sekutu terdekat Israel di kawasan Timur Tengah.
Pasca revolusi, para pemegang kebijakan Mesir pun diperkirakan akan meninjau ulang hubungannya dengan Israel. Salah satu tuntutan terbesar rakyat pada revolusi 25 Januari adalah "meninjau ulang" hubungan Mesir dengan Israel.
"Calon Presiden Mesir mendatang tidak mungkin memprioritaskan agenda hubungan Mesir-Israel, karena hal itu akan menuai kecaman dari pihak rakyat," kata Finkelstein.
Bagaimana pun, angin revolusi yang berembus di Mesir dan beberapa negara Arab lainnya telah merubah arah peta sejarah hubungan Arab-Israel ke arah yang masih abu-abu. (kd/ahr)