Jakarta - Salah satu ahli waris Mbah Priok, Alwi Al Haddad, akhirnya membenarkan data PMI, jika Mbah Priok meninggal tahun 1900-an dan bukanlah tahun 1756. Alwi mengaku jika pengurus makam tidak berkoordinasi dengan ahli waris dan menyebarkan informasi yang salah.
"Data yang dimiliki FPI, Mbah priok itu memang meninggal sekitar 1900. Ada juga yang bilang 1890-an, pokoknya meninggalnya 1800 akhir sampai 1900 awal," ujar Alwi, anak dari saudara Mbah Priok, Zein Al Haddad.
Padahal selama ini, di area Makam Mbah Priok, beredar cerita jika Mbah Priok meninggal tahun 1756. Alwi justru menyalahkan pengurus makam yang dinilainya salah tulis, dan tidak koordinasi dengan ahli waris.
"Yang menulis itu (sejarah Mbah Priok) memang tidak koordinasi dulu dengan ahli waris. Yang nulis itu para pengurus makam. Ketika Habib Mbah Priok ada, kita juga belum lahir, Mas. Jadi wajar ada kesimpangsiuran," ujar Alwi kepada detikcom, Jumat (21/5/2010).
Di area makam Mbah Priok, pengurus makam menjual buku kecil kepada para peziarah. Buku kecil yang berisi sejarah Mbah Priok itu dihargai Rp 3.000. Dalam buku itu disebutkan jika Mbah Priok adalah tokoh penyiar agama islam di Batavia yang meninggal tahun 1756.
Padahal dari penelusuran PMI dan pendapat sejarawan, Mbah Priok meninggal di atas kapal sebelum sampai ke Batavia. Saat itu Mbah Priok dari Palembang, hendak ziarah ke makam Wali Songo.
Namun, Alwi kukuh menganggap Mbah Priok sebagai penyiar agama Islam, karena yang dia nilai adalah niat.
"Niatnya mau syiar agama Islam. Nawaitunya baik, menyebarkan agama Islam, tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain," ucap Alwi.
(gun/fay)(Detik)
"Data yang dimiliki FPI, Mbah priok itu memang meninggal sekitar 1900. Ada juga yang bilang 1890-an, pokoknya meninggalnya 1800 akhir sampai 1900 awal," ujar Alwi, anak dari saudara Mbah Priok, Zein Al Haddad.
Padahal selama ini, di area Makam Mbah Priok, beredar cerita jika Mbah Priok meninggal tahun 1756. Alwi justru menyalahkan pengurus makam yang dinilainya salah tulis, dan tidak koordinasi dengan ahli waris.
"Yang menulis itu (sejarah Mbah Priok) memang tidak koordinasi dulu dengan ahli waris. Yang nulis itu para pengurus makam. Ketika Habib Mbah Priok ada, kita juga belum lahir, Mas. Jadi wajar ada kesimpangsiuran," ujar Alwi kepada detikcom, Jumat (21/5/2010).
Di area makam Mbah Priok, pengurus makam menjual buku kecil kepada para peziarah. Buku kecil yang berisi sejarah Mbah Priok itu dihargai Rp 3.000. Dalam buku itu disebutkan jika Mbah Priok adalah tokoh penyiar agama islam di Batavia yang meninggal tahun 1756.
Padahal dari penelusuran PMI dan pendapat sejarawan, Mbah Priok meninggal di atas kapal sebelum sampai ke Batavia. Saat itu Mbah Priok dari Palembang, hendak ziarah ke makam Wali Songo.
Namun, Alwi kukuh menganggap Mbah Priok sebagai penyiar agama Islam, karena yang dia nilai adalah niat.
"Niatnya mau syiar agama Islam. Nawaitunya baik, menyebarkan agama Islam, tapi ternyata Allah SWT berkehendak lain," ucap Alwi.
(gun/fay)(Detik)