Delete this element to display blogger navbar

Sophia Lee, Kisah Sukses Si Gadis Nakal

Elok, enerjik dan ramah. Itulah kesan pertama melihat Sophia Lee, penata rambut (hair dresser) dari 'de salon by marc' yang terletak di Plaza Indonesia, Jakarta.

Sophia Lee adalah hair dresser asal Singapura yang telah lama menetap di London. Tak heran, aksen British sangat kental ketika dia menjelaskan awal mula dirinya berkecimpung di dunia hair dressing.

"Saya sudah 21 tahun menekuni bidang ini, tapi awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan pekerjaan ini," ucapnya dengan gaya bicara yang khas ketika ditemui VIVAnews pada acara 'Soiree with de salon by marc' di Canteen, Plaza Indonesia.

Dengan umur yang masih belia, dia tidak sengaja membuat keputusan untuk menjadi hair dresser. "Saya waktu kecil nakal, tidak lulus sekolah, hanya lulus sekolah dasar. Saya memang tidak suka bersekolah," ucapnya.

Karena memang sifatnya tidak mau diam, dia sempat terjerumus ke dalam kenakalan remaja sebelum memasuki dunia tata rambut (hair dressing). "Saya mengambil motor orang dan tertangkap. Di pengadilan saya diberikan pilihan melanjutkan sekolah atau kembali ke orangtua dengan konsekuensi ibu saya akan tahu perbuatan saya," ungkapnya.

Dia pun memilih untuk kembali ke rumah dan memberitahu apa yang terjadi. Ibunya pun akhirnya memberikan saran agar saya mengambil kursus menata rambut.

"Saya pikir hair dressing hanya memotong dan tidak perlu belajar, tetapi saya salah. Saya harus tahu jenis dan tekstur rambut, pergerakannya, dan bagaimana rambut tumbuh," ujarnya.

Namanya juga Sophia Lee yang mudah bosan. Pada tahun pertama kursus, wanita yang pada saat itu masih berusia 17 tahun sudah merasa bosan karena melakukan hal yang sama setiap hari. Dia pun akhirnya kabur ke London atas saran teman.

London pun mengubah pandangan wanita ini mengenai hair dressing. Di sanalah ia jatuh cinta dan bertekad menjadi hair dresser andal. "Saya melihat banyak hair show dan fashion show. Saya tidak mengira seorang hair dresser dapat melakukan banyak hal," ucapnya.

Dia pun mengungkapkan kreativitasnya sebagai hair dresser di Singapura pada saat itu sangat terbatas karena sedikitnya majalah fashion yang beredar.

Sejak saat itulah dia memutuskan untuk menetap di London sebagai hair dresser. Dan saat ini kembali ke Asia bergabung dengan 'de salon by marc' milik Marc Chong di Jakarta untuk memberikan sentuhan pada tren rambut di Indonesia.

Baginya, fashion dapat menggabungkan berbagai macam kebudayaan dari berbagai belahan dunia. Contoh saja tren rebonding yang saat itu berkembang setelah booming Meteor Garden dan wanita-wanita asal China,
Taiwan yang memiliki rambut lurus.

Karena tren tersebut semua orang dari negara manapun ingin memiliki rambut lurus sempurna. "Orang selalu ingin memiliki apa yang tidak dimilikinya, padahal mereka dapat memaksimalkan apa yang mereka miliki," ujarnya.

Dia selalu menjadikan hal tersebut sebagai konsep dalam menata rambut pelanggannya. Dengan memaksimalkan apa yang sudah dimiliki akan membuatnya berbeda. "Tidak heran jika untuk menjadi cantik dan berbeda butuh usaha dan biaya," ia menambahkan.

Dia pun menambahkan bahwa apaupun tren yang sedang berkembang saat ini, sangat penting bagi mereka yang ingin tampil cantik dan berbeda untuk selalu mengumpulkan informasi-informasi dari majalah, media, atau hair dresser langganan. Karena yang terpenting adalah mereka dapat membawakan tren tersebut dengan sempurna dan tren tersebut dapat menambah kepercayaan diri mereka.

sumber: vivanews

share on facebook

 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon More
Design by Kumpul Berita