Para pejabat mengatakan bahwa negara itu akan mengandalkan sistem sumbangan baru untuk transplantasi organ.
Menurut perkiraan sebelumnya dari media pemerintah, dua pertiga organ transplantasi di Cina berasal dari para tahanan yang menjalani hukuman mati.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, terpidana mati 'ditekan' untuk menyumbangkan organ mereka, sebuah tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Cina.
Dikabarkan bahwa Cina telah lama mengatakan pihaknya bermaksud untuk mengurangi ketergantungan donasi organ mereka pada tahanan, tetapi kekurangan donasi organ yang dibutuhkan mungkin membuat ini sulit dicapai dalam jangka waktu yang ditetapkan.
Menurut Xinhua, data resmi dari pejabat kesehatan menunjukkan sekitar 1,5 juta jiwa di Cina membutuhkan transplantasi organ, namun hanya 10.000 yang dilakukan setiap tahun.
Huang Jiefu, wakil menteri kesehatan mengatakan bahwa sistem percobaan untuk donasi organ publik telah diluncurkan di beberapa daerah.
"Janji untuk meniadakan sumbangan organ dari tahanan merupakan tekad pemerintah," katanya.
Dia menambahkan bahwa sumbangan organ dari tahanan tidak ideal, karena tingkat infeksi yang biasanya tinggi, mempengaruhi tingkat ketahanan hidup dari mereka yang menjalani transplantasi.
Kelompok Hak Asasi Manusa memperkirakan bahwa Cina mengeksekusi mati ribuan tahanan dalam setahun. Namun, angka resmi dari jumlah tahanan yang menjalani hukuman mati tetap menjadi rahasia negara, menurut Martin Patience wartawan BBC di Beijing.
Dia menambahkan bahwa negara itu menghadapi kekurangan donor organ yang parah, karena banyak orang tidak ingin menyumbangkan organ mereka karena kepercayaan budaya bahwa mereka harus dikubur secara utuh.
Hal ini mengakibatkan pasar gelap donor organ kian berkembang. Para pejabat melarang perdagangan organ lima tahun lalu, tetapi itu masih tetap menjadi masalah.
Perhimpunan Palang Merah China juga mengatakan akan menerbitkan pedoman mengenai bantuan keuangan kepada keluarga almarhum donor organ untuk membantu memerangi perdagangan organ ilegal.