Ada yang mengakses lewat komik, internet, hp, tv, majalah hingga koran.
Yayasan Kita dan Buah Hati melansir data sebanyak 67 persen dari 2.818 siswa Sekolah Dasar (SD) kelas 4-6 mengaku pernah mengakses informasi pornografi. Sebagian besar anak-anak belia itu melihat pornografi melalui media komik.
Data mengejutkan tersebut terungkap dari hasil survei Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah SD di Indonesia sejak Januari 2008 hingga Februari 2010.
"Sekarang ini pemerintah harus perangi kejahatan kerusakan anak, harus ada program terapi nasional untuk anak-anak yang selama ini tidak ada di Indonesia," kata Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati Elli Risman di Kantor Komnas Perlindungan Anak, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Sabtu, 12 Juni 2010.
Hasil survei menunjukan, anak-anak belia tersebut selama ini mengakses pornografi melalui komik (24 persen), situs internet 22 persen, permainan 17 persen, film/TV 12 persen, telepon genggam 6 persen, majalah 6 persen, dan koran 5 persen.
Para pelajar SD itu umumnya melihat pornografi karena alasan iseng sebesar 21 persen, penasaran 18 persen, terbawa teman 9 persen, serta takut dibilang kurang pergaulan 3 persen.
Dalam benak anak-anak, menurut hasil survei, pornografi diterjemahkan sebagai gambar orang telanjang sebesar 31 persen, gambar jorok 29 persen, memperlihatkan aurat 12 persen, serta gambar yang tidak boleh dilihat
Sementara itu Ketua Komnas PA Aris Merdeka Sirait menilai jumlah anak-anak pengakses informasi pornografi dipastikan bakal bertambah setelah munculnya video cabul pemeran yang diduga mirip artis.
"Survei baru sekarang sedang dikerjakan, tapi kami yakin akan bertambah. Ketika ini muncul dan semua anak menjelajah, jumlah akan bertambah dan mereka sekarang menganggap itu adalah hal biasa," katanya.
Data mengejutkan tersebut terungkap dari hasil survei Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di sejumlah SD di Indonesia sejak Januari 2008 hingga Februari 2010.
"Sekarang ini pemerintah harus perangi kejahatan kerusakan anak, harus ada program terapi nasional untuk anak-anak yang selama ini tidak ada di Indonesia," kata Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati Elli Risman di Kantor Komnas Perlindungan Anak, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Sabtu, 12 Juni 2010.
Hasil survei menunjukan, anak-anak belia tersebut selama ini mengakses pornografi melalui komik (24 persen), situs internet 22 persen, permainan 17 persen, film/TV 12 persen, telepon genggam 6 persen, majalah 6 persen, dan koran 5 persen.
Para pelajar SD itu umumnya melihat pornografi karena alasan iseng sebesar 21 persen, penasaran 18 persen, terbawa teman 9 persen, serta takut dibilang kurang pergaulan 3 persen.
Dalam benak anak-anak, menurut hasil survei, pornografi diterjemahkan sebagai gambar orang telanjang sebesar 31 persen, gambar jorok 29 persen, memperlihatkan aurat 12 persen, serta gambar yang tidak boleh dilihat
Sementara itu Ketua Komnas PA Aris Merdeka Sirait menilai jumlah anak-anak pengakses informasi pornografi dipastikan bakal bertambah setelah munculnya video cabul pemeran yang diduga mirip artis.
"Survei baru sekarang sedang dikerjakan, tapi kami yakin akan bertambah. Ketika ini muncul dan semua anak menjelajah, jumlah akan bertambah dan mereka sekarang menganggap itu adalah hal biasa," katanya.