Diawalnya manusia memburu binatang cuma untuk kebutuhan yang memang masuk akal dan sesuai dengan kondisi yang ada. Kulit binatang diambil untuk bertahan dari udara dingin. Daging yang diambil hanya sekedar untuk makan keseharian. Manusia dulu memanfaatkan binatang pada tempat dan porsi yang tepat sehingga tidak ada ketimpangan hidup. Semua berjalan secara alami.
Sekarang, di zaman modern ini, manusia seperti sudah lupa diri. Binatang diburu dan dibunuh secara masif. Kulitnya, mereka gunakan untuk mantel, pakaian dan topi padahal masih banyak pilihan lain yang bisa dipakai. Diburu karena harganya yang mahal. Digunakan sebagai bahan kosmetik. Yang lebih tragisnya lagi, mereka dibunuh hanya untuk keperluan pembuatan film.
Semua itu sudah diluar nalar dan mengancam kelangsungan hidup binatang tersebut, yang artinya ini juga akan mengancam keseimbangan alam dan akan berdampak pula pada kehidupan kita.
Gorila, beruang, anjing laut, serigala, paus dan lumba-lumba secara teratur diburu dan dibunuh baik untuk diambil bulu atau dagingnya.
Gorilla
Kisah tragis dialami oleh gorilla. Pembunuhan gorilla bukan untuk dimanfaatkan apa yang ada pada mereka, justru hanya sebagai alat mengalihkan perhatian. Di Taman Nasional Virunga, Kongo, sepuluh ekor gorilla dibunuh kemudian ditinggalkan begitu saja. Kasus ini kemudian booming dan menjadi bahan pembicaraan diseluruh negeri. Ketika seluruh mata sibuk menatap bangkai-bangkai Gorilla, para pencuri tambang dengan bebas beraksi menyelundupkan bahan-bahan mineral Kongo tanpa ada sepasang mata pun yang memergokinya. Ini merupakan contoh klasik dari keserakahan manusia dan pembunuhan hewan ini benar-benar tidak masuk akal.
Beruang
Ada sebuah tradisi tua dikalangan Royal Guard (Penjaga Kerajaan) dan masih berjalan hingga kini, yaitu upacara Trooping the Colour dan pergantian penjaga. Setiap berlangsungnya tradisi ini, berarti berlangsung pula pembantaian puluhan beruang di Kanada untuk diambil kulitnya. Mereka diburu, ditembak dan anaknya ditinggalkan tidak berdaya dan tanpa perlindungan.
Tradisi mungkin harus dilestarikan, tapi apa harus dengan mengorbankan puluhan beruang? Muncul pertanyaan yang lumayan menggelitik, mungkinkah topi berbulu beruang itu diganti dengan topi berbulu imitasi? Menurut saya jawabannya pasti bisa, toh tidak akan mengurangi kesakralan upacara.
Tradisi mungkin harus dilestarikan, tapi apa harus dengan mengorbankan puluhan beruang? Muncul pertanyaan yang lumayan menggelitik, mungkinkah topi berbulu beruang itu diganti dengan topi berbulu imitasi? Menurut saya jawabannya pasti bisa, toh tidak akan mengurangi kesakralan upacara.
Anjing Laut
Perdagangan Anjing Laut penuh dengan pembantaian dan darah. Dengan tanpa etika dan moral, para pemburu memukuli bayi-bayi anjing laut hingga mati. Bahkan mereka sanggup mengulitinya hidup-hidup.
Setiap tahunnya 90.000 - 100.000 Anjing Laut diburu untuk diambil kulitnya. Kecaman internasional tidak memberikan pengaruh positif.
Paus dan Lumba-Lumba
Makhluk lucu satu ini pun tidak lepas dari dunia perburuan. Lumba-Lumba terkenal sebagai binatang yang cerdas dengan cara komunikasi yang paling hebat dalam dunia hewan. Bahkan karena tingkat kecerdasannya yang tinggi, militer Amerika pernah menggunakannya dalam perang Irak. Mereka binatang yang terbuka dan sangat mudah akrab dengan manusia.
Mereka dibunuh secara massal dalam jumlah ratusan hingga ribuan dengan cara yang kejam. Mereka digiring ke sebuah teluk kemudian dibunuh hingga air laut berubah merah.
Paus pun bernasib sama dengan Lumba-Lumba. Berburu Paus tidak kalah menyenangkan daripada berburu Lumba-Lumba. Daging Paus cukup populer di masyarakat Jepang dan harganya cukup ditinggi dipasaran. Perburuan Paus adalah perburuan yang panjang dan melelahkan. Mereka ditembak menggunakan Harpoon (seperti anak panah yang dilepaskan dari pelontar khusus yang terikat dengan tali). Begitu mengenai sasaran, Paus akan diikuti hingga lelah dan kehabisan tenaga. Setelah tak berdaya lagi, Paus akan diseret ke perairan dangkal dan dibantai. Mengingat tubuhnya yang besar, butuh waktu lama untuk membuat Paus tidak bernyawa lagi. Akhirnya, Paus dipotong hidup-hidup untuk kemudian potongan-potongan dagingnya diangkut keatas kapal.
Setiap tahunnya 90.000 - 100.000 Anjing Laut diburu untuk diambil kulitnya. Kecaman internasional tidak memberikan pengaruh positif.
Paus dan Lumba-Lumba
Mereka dibunuh secara massal dalam jumlah ratusan hingga ribuan dengan cara yang kejam. Mereka digiring ke sebuah teluk kemudian dibunuh hingga air laut berubah merah.
Paus pun bernasib sama dengan Lumba-Lumba. Berburu Paus tidak kalah menyenangkan daripada berburu Lumba-Lumba. Daging Paus cukup populer di masyarakat Jepang dan harganya cukup ditinggi dipasaran. Perburuan Paus adalah perburuan yang panjang dan melelahkan. Mereka ditembak menggunakan Harpoon (seperti anak panah yang dilepaskan dari pelontar khusus yang terikat dengan tali). Begitu mengenai sasaran, Paus akan diikuti hingga lelah dan kehabisan tenaga. Setelah tak berdaya lagi, Paus akan diseret ke perairan dangkal dan dibantai. Mengingat tubuhnya yang besar, butuh waktu lama untuk membuat Paus tidak bernyawa lagi. Akhirnya, Paus dipotong hidup-hidup untuk kemudian potongan-potongan dagingnya diangkut keatas kapal.
Keseimbangan hidup mereka, juga keseimbangan hidup manusia. Penyembelihan binatang pada dasarnya adalah sah-sah saja, tapi tidak dengan cara yang massif dan bar-bar. Manusia tidak akan punah kalau tidak mengenakan mantel kulit Anjing Laut. Manusia juga tidak akan punah hanya karena tidak bisa mengkonsumsi daging Paus atau Lumba-Lumba. Dan terlebih lagi, manusia tidak akan kelihatan buruk kalau tidak menggunakan kosmetik yang berasal dari organ binatang. Keseimbangan alam adalah kelestarian bersama.
Save Our Planet, Save Our Animals!
Save Our Planet, Save Our Animals!