Stres adalah biang keladi dari berbagai macam penyakit. Bahkan, dapat memicu berbagai masalah yang memengaruhi penampilan.
Ingin tahu apa saja masalahnya? Berikut penjelasan dokter kulit Dr. Howard Murad, dan ahli kesehatan rambut Philip Kingsley, seperti dilansir dari situs Shine.
1. Memicu jerawat
Jika sedang menghadapi hari besar seperti pernikahan atau harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan, mungkin akan ada jerawat yang muncul pada wajah. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan adanya hubungan antara stres dan munculnya jerawat.
"Para ilmuwan percaya bahwa selama masa stres, tubuh akan melepaskan dua hormon dalam jumlah besar, yang merangsang kelenjar sebaceous untuk memproduksi minyak berlebih," ujar Murad.
Tentu saja, minyak berlebih akan menyumbat pori-pori sehingga memicu komedo dan jerawat. Stres juga dapat memperlambat proses penyembuhan dengan menurunkan kemampuan penyembuhan luka dari sistem kekebalan tubuh hingga 40 persen. Hal inilah yang mengakibatkan jerawat akan lebih lama bertahan pada wajah Anda.
2. Mempercepat timbulnya keriput
Keriput mungkin dapat diselamatkan dengan menggunakan pelembab anti keriput. Namun, akan tetap banyak keriput jika Anda dalam keadaan stres.
Keriput muncul karena berbagai macam sebab, termasuk stres. Sebuah studi yang dilakukan di Universitas California, San Fransisco, mengungkapkan bahwa sel dalam tubuh akan mengalami penuaan lebih cepat ketika stres. Tentunya, penuaan sel inilah yang membuat kulit kehilangan kelenturannya sehingga menjadi cepat kendur dan berkeriput.
"Ketika Anda stres, otak akan melepaskan peptida neuro yaitu zat radikal bebas yang merusak membran sel," ujar Murad.
Hal ini dapat digambarkan pada kulit buah anggur. Jika Anda menusukkan jarum pada kulit anggur, sari buah akan merembes keluar. Radikal bebas itulah yang pada dasarnya menusuk kulit.
1. Memicu jerawat
Jika sedang menghadapi hari besar seperti pernikahan atau harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan, mungkin akan ada jerawat yang muncul pada wajah. Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan adanya hubungan antara stres dan munculnya jerawat.
"Para ilmuwan percaya bahwa selama masa stres, tubuh akan melepaskan dua hormon dalam jumlah besar, yang merangsang kelenjar sebaceous untuk memproduksi minyak berlebih," ujar Murad.
Tentu saja, minyak berlebih akan menyumbat pori-pori sehingga memicu komedo dan jerawat. Stres juga dapat memperlambat proses penyembuhan dengan menurunkan kemampuan penyembuhan luka dari sistem kekebalan tubuh hingga 40 persen. Hal inilah yang mengakibatkan jerawat akan lebih lama bertahan pada wajah Anda.
2. Mempercepat timbulnya keriput
Keriput mungkin dapat diselamatkan dengan menggunakan pelembab anti keriput. Namun, akan tetap banyak keriput jika Anda dalam keadaan stres.
Keriput muncul karena berbagai macam sebab, termasuk stres. Sebuah studi yang dilakukan di Universitas California, San Fransisco, mengungkapkan bahwa sel dalam tubuh akan mengalami penuaan lebih cepat ketika stres. Tentunya, penuaan sel inilah yang membuat kulit kehilangan kelenturannya sehingga menjadi cepat kendur dan berkeriput.
"Ketika Anda stres, otak akan melepaskan peptida neuro yaitu zat radikal bebas yang merusak membran sel," ujar Murad.
Hal ini dapat digambarkan pada kulit buah anggur. Jika Anda menusukkan jarum pada kulit anggur, sari buah akan merembes keluar. Radikal bebas itulah yang pada dasarnya menusuk kulit.
Setelah dibebaskan zat radikal akan merusak sel membran sehingga akan kehilangan kadar air. Karena dehidrasi, kulit akan membentuk garis-garis halus dan keriput, wajah yang pucat, dan lingkar gelap di sekitar mata.
3. Kerontokan rambut
"Stres dapat memicu kerontokan rambut lebih banyak, namun hal tersebut terjadi beberapa saat kemudian," ujar Kingsley. Hal ini disebut dengan telogen effluvium yaitu keadaan di mana rambut rontok tiga bulan setelah peristiwa yang membuat stres.
"Rambut rontok tidak dapat dibatasi karena setiap helai rambut memiliki umurnya masing-masing," ujarnya.
Cara satu-satunya adalah untuk tidak mengkhawatirkan kerontokan rambut yang terjadi. Karena semakin memikirkannya, semakin stres Anda, dan semakin banyak rambut yang rontok. Biasanya setelah rambut rontok akan tumbuh kembali dalam enam hingga sembilan bulan.
4. Kerusakan kuku
Kuku banyak menggambarkan tentang kesehatan manusia. Kuku yang terlalu lunak adalah indikasi kekurangan gizi atau arthritis kronis. Sedangkan, kuku dengan tonjolan memanjang mengindikasikan bahwa orang tersebut mengidap penyakit tiroid. Bagaimana dengan stres?
Kuku menerima tekanan di kedua arah, baik dari dalam maupun dari luar. Anda mungkin menggigit mereka, atau menggosokkannya ketika Anda merasa gugup. Menurut dokter kulit Flor A. Mayoral, hal tersebut mengakibatkan perubahan bentuk pada lempeng kuku.
"Terkadang para pasien tidak menyadari bahwa kebiasaan merekalah akar permasalahannya," ujarnya pada konferensi The American Academy of Dermatology pada 2007.
Sedangkan, kuku juga menerima tekanan dari dalam tubuh. Menurut dr. Murad, kuku terbuat dari protein yang jika dirusak akibat stres maka kuku akan lemah, lebih rapuh, dan rentan terpisah dari kulit. (eh)
3. Kerontokan rambut
"Stres dapat memicu kerontokan rambut lebih banyak, namun hal tersebut terjadi beberapa saat kemudian," ujar Kingsley. Hal ini disebut dengan telogen effluvium yaitu keadaan di mana rambut rontok tiga bulan setelah peristiwa yang membuat stres.
"Rambut rontok tidak dapat dibatasi karena setiap helai rambut memiliki umurnya masing-masing," ujarnya.
Cara satu-satunya adalah untuk tidak mengkhawatirkan kerontokan rambut yang terjadi. Karena semakin memikirkannya, semakin stres Anda, dan semakin banyak rambut yang rontok. Biasanya setelah rambut rontok akan tumbuh kembali dalam enam hingga sembilan bulan.
4. Kerusakan kuku
Kuku banyak menggambarkan tentang kesehatan manusia. Kuku yang terlalu lunak adalah indikasi kekurangan gizi atau arthritis kronis. Sedangkan, kuku dengan tonjolan memanjang mengindikasikan bahwa orang tersebut mengidap penyakit tiroid. Bagaimana dengan stres?
Kuku menerima tekanan di kedua arah, baik dari dalam maupun dari luar. Anda mungkin menggigit mereka, atau menggosokkannya ketika Anda merasa gugup. Menurut dokter kulit Flor A. Mayoral, hal tersebut mengakibatkan perubahan bentuk pada lempeng kuku.
"Terkadang para pasien tidak menyadari bahwa kebiasaan merekalah akar permasalahannya," ujarnya pada konferensi The American Academy of Dermatology pada 2007.
Sedangkan, kuku juga menerima tekanan dari dalam tubuh. Menurut dr. Murad, kuku terbuat dari protein yang jika dirusak akibat stres maka kuku akan lemah, lebih rapuh, dan rentan terpisah dari kulit. (eh)