Secara normal, seorang pria akan berpasangan dan melakukan hubungan seksual dengan satu wanita, yaitu istrinya. Tapi pada pria yang mengalami hiperseks, satu wanita tak cukup untuk dapat memuaskannya.
Hiperseks atau hypersexuality merupakan penyimpangan seksual yang ditandai dengan tingginya keinginan untuk melakukan hubungan seksual dan sulitnya mengontrol keinginan seks tersebut.
"Orang yang mengalami hiperseks tidak pernah merasa puas saat berhubungan seks, walaupun sudah mengalami orgasme. Kadang karena tidak puas sering mencari wanita lain," ujar Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), saat berbincang disela-sela acara konferensi pers peluncuran kompetisi 'Indonesia SweetHard', di Djakarta Theatre Building, Jakarta, Rabu (9/4/2010).
Prof Wimpie mengatakan ciri-ciri orang yang menderita hiperseks antara lain:
1. Tidak pernah merasa puas saat berhubungan seks, walaupun ia sudah mengalami orgasme. Inilah terkadang yang membuat pria hiperseks tak puas dengan satu wanita.
2. Tuntutan seks tidak bisa ditunda
3. Tidak bisa mengontrol keinginan seks
4. Sangat tergila-gila dengan hal-hal yang berhubungan dengan seks
Menurut Prof Wimpie yang juga merupakan pengajar di Bagian Andrologi dan Seksologi, Pusat Studi Anti-Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, kebanyakan orang yang mengalami hiperseks tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyimpangan seksual tersebut, sampai ada orang yang menyadarkannya.
Penyimpangan ini bisa diakibatkan karena adanya gangguan psikoseksual atau trauma yang terjadi pada masa kecil. Trauma masa kecil ini bisa berasal dari lingkungan keluarga atau sekolah.
Pada umumnya, orang yang mengalami hiperseks tidak bisa disembuhkan. Pengobatan atau rehabilitasi yang ada hanya bisa mengurangi atau melatih untuk mengontrol keinginan seksnya yang sangat besar.
Tapi Prof Wimpie juga menuturkan bahwa masih ada upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dan mengontrol keinginan seksual orang yang mengalami hiperseks, yaitu dengan cara menelusuri trauma masa kecil yang dialaminya dengan melakukan konseling ke ahli psikologi.
Hiperseks atau hypersexuality merupakan penyimpangan seksual yang ditandai dengan tingginya keinginan untuk melakukan hubungan seksual dan sulitnya mengontrol keinginan seks tersebut.
"Orang yang mengalami hiperseks tidak pernah merasa puas saat berhubungan seks, walaupun sudah mengalami orgasme. Kadang karena tidak puas sering mencari wanita lain," ujar Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS, Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), saat berbincang disela-sela acara konferensi pers peluncuran kompetisi 'Indonesia SweetHard', di Djakarta Theatre Building, Jakarta, Rabu (9/4/2010).
Prof Wimpie mengatakan ciri-ciri orang yang menderita hiperseks antara lain:
1. Tidak pernah merasa puas saat berhubungan seks, walaupun ia sudah mengalami orgasme. Inilah terkadang yang membuat pria hiperseks tak puas dengan satu wanita.
2. Tuntutan seks tidak bisa ditunda
3. Tidak bisa mengontrol keinginan seks
4. Sangat tergila-gila dengan hal-hal yang berhubungan dengan seks
Menurut Prof Wimpie yang juga merupakan pengajar di Bagian Andrologi dan Seksologi, Pusat Studi Anti-Aging Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, kebanyakan orang yang mengalami hiperseks tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyimpangan seksual tersebut, sampai ada orang yang menyadarkannya.
Penyimpangan ini bisa diakibatkan karena adanya gangguan psikoseksual atau trauma yang terjadi pada masa kecil. Trauma masa kecil ini bisa berasal dari lingkungan keluarga atau sekolah.
Pada umumnya, orang yang mengalami hiperseks tidak bisa disembuhkan. Pengobatan atau rehabilitasi yang ada hanya bisa mengurangi atau melatih untuk mengontrol keinginan seksnya yang sangat besar.
Tapi Prof Wimpie juga menuturkan bahwa masih ada upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dan mengontrol keinginan seksual orang yang mengalami hiperseks, yaitu dengan cara menelusuri trauma masa kecil yang dialaminya dengan melakukan konseling ke ahli psikologi.