Dalam film, Pangeran Philip (suami Ratu Elizabeth II) disebut sebagai otak di balik terjadinya tragedi maut yang menewaskan Putri Diana dan kekasihnya, Dodi Al Fayed. Selain itu, kerajaan Inggris disebut sebagai "gangster bermahkota yang rasis."
Film dimulai dengan prediksi Diana dalam sebuah surat tahun 1995 untuk seorang teman. Diana menulis, "Suami saya sedang merencanakan kecelakaan di mobil saya." Film lalu mengeluarkan sebuah teori konspirasi tingkat tinggi untuk mengelabui masyarakat tentang kematian Sang Putri di Perancis.
Dalam film itu, disebutkan bahwa polisi Inggris, pengadilan, kerajaan Inggris, dan pemerintah Perancis bekerja sama dalam membuat "plot" mengerikan itu. Sebut saja, sebenarnya Diana bisa diselamatkan jika saja ambulans Perancis tidak tiba terlalu lama di tempat kejadian.
Bahkan, foto Diana setelah kecelakaan juga dilampirkan. Foto yang belum pernah dipublikasikan itu memperlihatkan Diana dalam keadaan selamat, bukan sekarat. Namun, entah mengapa nyawa Diana justru tidak bisa diselamatkan.
Diana yang waktu itu telah bercerai dengan Charles, sebenarnya tengah merasa "bebas' setelah lepas dari kehidupan kerajaan. Ia pun menjalin hubungan dengan Dodi Al Fayed yang beragama Islam. Meski telah bercerai, hubungan Diana dengan Dodi banyak mendapatkan kecaman karena status Diana yang tetap sebagai wanita "berdarah biru".
Allen, sutradara film ini, mengatakan, "Film ini bukan merupakan serangan terhadap monarki. Saya tidak berpikir soal antimonarki. Saya berpikir tentang kapitalisme.
Sebelumnya, film itu hampir gagal dibuat akibat terganjal masalah biaya. Namun, Mohamed Al-Fayed, ayah Dodi Al Fayed, mengucurkan dana 2,5 juta Poundsterling untuk biaya produksinya.