Kegagalan Timnas Indonesia meraih angka dengan kalah 0-3 atas Malaysia pada pertandingan pertama final AFF Suzuki Cup 2010 di Kuala Lumpur pada Minggu malam sebagai akibat politisasi yang dilakukan pengurus PSSI, kata pengamat sepak bola Eddy Elison.
"Dengan melihat cara Timnas bermain dan juga mental para pemain di final leg pertama itu, jelas kekalahan ini akibat politisasi yang dilakukan pengurus PSSI yang terlalu menaruh harapan besar tanpa melihat kondisi yang sebenarnya," ujar Eddy Elison di Jakarta, Minggu.
Eddy yang mantan pengurus PSSI itu mengatakan pengurus PSSI demikian terlena dengan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai Timnas di babak penyisihan grup hingga semifinal dan terlalu banyak mengklaim hal-hal yang hanya bersifat menguntungkan PSSI secara sepihak.
Hal itu juga menyebabkan PSSI banyak membuat acara untuk Timnas seperti acara-acara seremonial dengan mengabaikan pembinaan mental pemain dan tidak memberikan fokus kepada pemain untuk mempersiapkan diri secara maksimal.
Eddy Elison menambahkan para pemain Timnas belum cukup mental untuk menghadapi laga final dan pembinaan mental dan teknis merupakan salah satu kelemahan yang selama ini terjadi di PSSI dalam cara mempersiapkan tim.
"Pemain tidak perlu dibawa-bawa menghadiri berbagai macam acara, terpenting adalah bagaimana menyiapkan mental mereka. Baru saja mendapatkan kerikil kecil oleh gangguan sinar laser seperti sudah tidak berdaya."
"Saya tidak menentang acara pemanjatan doa, saya tidak menentang acara istighosah, dan saya tidak menentang pertemuan pemain dengan pejabat, tapi untuk sebuah Timnas yang jauh lebih penting adalah berikan mereka konsentrasi penuh mempersiapkan teknik dan mental," ujarnya.
Lebih dari itu, aspek politisasi demikian mencolok ketika PSSI menyinggung asal muasal dana yang selama ini `menghidupi` PSSI. Dan di sisi lain, Nurdin mengatakan skuad Timnas yang ada sekarang adalah merupakan hasil dari kompetisi Liga Super Indonesia yang dikelola PSSI sejak beberapa tahun lalu.
Eddy juga menyoroti peranan media-media elektronik (televisi) yang terlalu mengeksploitir para pemain, padahal skuad Timnas belum benar-benar teruji apalagi ketika ditambah pemain baru yang belum mengenal betul karakter dan atmosfer kompetisi di Tanah Air.
Diingatkannya bahwa kemenangan-kemenangan besar yang dicapai di babak penyisihan hingga lolos ke final tidaklah bisa dijadikan ukuran kekuatan Timnas yang sesungguhnya dan sistem pembinaan di PSSI benar-benar harus dirombak total, termasuk kepengurusannya.
"Malaysia, Thailand, maupun Vietnam, mereka baru saja tampil di Asian Games Guangzhou. Mereka sedang kelelahan dan banyak yang cedera, dan Malaysia berhasil melakukan pemulihan."
"Saya kira sudah saatnya Nurdin Halid meletakkan jabatannya karena secara fundamental benar-benar sudah gagal dalam memajukan sepakbola di Tanah Air," kata Eddy Elison.
Eddy yang mantan pengurus PSSI itu mengatakan pengurus PSSI demikian terlena dengan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai Timnas di babak penyisihan grup hingga semifinal dan terlalu banyak mengklaim hal-hal yang hanya bersifat menguntungkan PSSI secara sepihak.
Hal itu juga menyebabkan PSSI banyak membuat acara untuk Timnas seperti acara-acara seremonial dengan mengabaikan pembinaan mental pemain dan tidak memberikan fokus kepada pemain untuk mempersiapkan diri secara maksimal.
Eddy Elison menambahkan para pemain Timnas belum cukup mental untuk menghadapi laga final dan pembinaan mental dan teknis merupakan salah satu kelemahan yang selama ini terjadi di PSSI dalam cara mempersiapkan tim.
"Pemain tidak perlu dibawa-bawa menghadiri berbagai macam acara, terpenting adalah bagaimana menyiapkan mental mereka. Baru saja mendapatkan kerikil kecil oleh gangguan sinar laser seperti sudah tidak berdaya."
"Saya tidak menentang acara pemanjatan doa, saya tidak menentang acara istighosah, dan saya tidak menentang pertemuan pemain dengan pejabat, tapi untuk sebuah Timnas yang jauh lebih penting adalah berikan mereka konsentrasi penuh mempersiapkan teknik dan mental," ujarnya.
Lebih dari itu, aspek politisasi demikian mencolok ketika PSSI menyinggung asal muasal dana yang selama ini `menghidupi` PSSI. Dan di sisi lain, Nurdin mengatakan skuad Timnas yang ada sekarang adalah merupakan hasil dari kompetisi Liga Super Indonesia yang dikelola PSSI sejak beberapa tahun lalu.
Eddy juga menyoroti peranan media-media elektronik (televisi) yang terlalu mengeksploitir para pemain, padahal skuad Timnas belum benar-benar teruji apalagi ketika ditambah pemain baru yang belum mengenal betul karakter dan atmosfer kompetisi di Tanah Air.
Diingatkannya bahwa kemenangan-kemenangan besar yang dicapai di babak penyisihan hingga lolos ke final tidaklah bisa dijadikan ukuran kekuatan Timnas yang sesungguhnya dan sistem pembinaan di PSSI benar-benar harus dirombak total, termasuk kepengurusannya.
"Malaysia, Thailand, maupun Vietnam, mereka baru saja tampil di Asian Games Guangzhou. Mereka sedang kelelahan dan banyak yang cedera, dan Malaysia berhasil melakukan pemulihan."
"Saya kira sudah saatnya Nurdin Halid meletakkan jabatannya karena secara fundamental benar-benar sudah gagal dalam memajukan sepakbola di Tanah Air," kata Eddy Elison.